Nama : @shiifly3424
Judul Cerita : Second World Inside ‘MIRROR’
Cast : Song Ji Young
Judul Cerita : Second World Inside ‘MIRROR’
Cast : Song Ji Young
Kim Jong Woon (Demeter)
Lee Donghae (Artemis)
Lee Hyukjae (Athena)
Genre : T
Rating : Fantasy Roman
Length : One-shoot
Catatan Author :
Genre : T
Rating : Fantasy Roman
Length : One-shoot
Catatan Author :
Hai, hello, annyeong.... ^^ hanifa imnida here~~
sebenernya saya sudah sering sih nulis ff sihh *kkk pamer* tapi entah kenapa
semuanya malah tersimpan rapi di file doc saya .....T__T
ah, mianhae
kalo ffnya gaje dan diksinya aneh... typo dan sebangsanya available here..
enjoy reading and dont forget to coment....
Note: ini ff saya tulis jaman teaser sfs baru keluar
lohh -__- dan saya baru berani publish sekarang *okesip gapenting* .__.
**************
Pernahkah kalian berpikir bahwa didalam kaca yang biasa kalian
tatap selama berjam-jam bisa menjadi pintu yang menghubungkan dunia kedua yang
tak pernah kalian ketahui?
Pernahkah kalian berpikir bahwa, akan ada disaat kaca tak
lagi memantulkan bayanganmu?
Dan disaat itulah, dunia kedua terbuka. Pintu dunia kedua dibuka.
Dunia kedua, yang tak pernah kalian ketahui,
Dunia kedua yang hanya terdiri dari 13 kaum yang menjaga
keseimbangan, Laut, Tanah, dan Tumbuhan.
Tidak, mereka bukan hanya kaum. Tapi, lebih tepatnya dewa.13
Dewa penjaga keseimbangan dan 13 pemimpin dewa diatasnya.
Kaum yang hidup didalamnya akan selalu mematuhi semua
peraturan, Kaum yang hanya akan mementingkan keseimbangan diatara semua yang ia
miliki, membuat sebuah tatanan bumi baru yang gemerlap jauh dari kata rusak
seperti yang terjadi di balik kaca berikutnya. Yap, bumi kita.
Keseimbangan tercipta jelas dari bumi kedua yang mereka
ciptakan dibalik kaca, bumi indah idaman seluruh umat jagat raya. Dan 13 dewa
tertinggi itulah yang mempunyai hak berarti untuk menjaganya, agar tetap
seimbang seperti semula dan tak berubah sedikitpun, takkan pernah berubah.
Tapi, bagaimana jika salah satu pemimpin dari 13 dewa itu
mati..? Tidak, bukan mati. Lebih tepatnya tertidur dalam jangka waktu yang
lama. Matanya tetap terpejam, tidak bernafas tetapi tubuhnya tetap hangat dan
detak jantungnya masih berdetak normal seperti biasanya.
Dan satu-satunya yang bisa menyelamatkannya hanya seseorang
yang masuk dibalik kaca keramat dalam istana itu, kaca mewah yang menghubungkan
antara dua dunia yang tak pernah terhubung sedikitpun, dan seseorang yang masuk
itulah yang akan menyelamatkan pemimpin dewa yang tertidur untuk suatu alasan
pelik, membangunkannya dan untuk kembali menyeimbangkan bumi kedua.
Menyeimbangkan ke-13 dewa.
Author P.O.V
Sebuah mobil Audi mewah terparkis sempurna didepan sebuah
vila kecil dikaki gunung utara korea selatan, seorang yeoja dengan anggunnya
turun dari mobil tersebut dengan dibantu pelayan yang membukakan pintu
mobilnya. Yeoja paruh baya dengan umur kira-kira 38 tahun itu segera melangkahkan
kakinya kedalam vila besar nan kuno dikaki gunung yang mungkin letaknya 7Km
lebih jauh dari hiruk pikuk kota, yeoja itu masuk melalui pintu diikuti dengan
bodyguardnya dan seorang yeoja lagi mengikutinya dibelakang, umurnya kira-kira
20 tahun perawakannya kurus kering, pucat pasi, dan penampilannya yang terlihat
begitu kontras dengan yeoja yang berjalan angkuh didepannya.
Yeoja itu tetap menundukan kepalanya membawa tas koper miliknya dan tidak
sedikitpun berniat untuk melakukan apapun selain diam dan tertunduk.
Mungkin sudah tak ada tenaga sisa lagi yang dimilikinya, ia
pun bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia makan. Lapar menderu hebat
diperutnya ia tetap menahannya hanya sampai yeoja dihadapannya itu memberi
sesuap nasi walaupun itu nasi bekas makan untuk anjing-anjingnya.
Jika saja orang tuanya tidak meninggal saat itu, mungkin
saat ini ia akan duduk manis dikursi makan dan memakan apapun yang dihidangkan
koki terbaik dirumahnya.
Jika saja ia tau bahwa yeoja biadab didepannya ini akan berbuat
sesuatu yang benar-benar merusak masa depannya sampai saat ini, mungkin ia akan
segera menyuruh anjing-anjing peliharaannya untuk segera mencakar, menggerogoti
kulitnya, dan bahkan membakar kulit dagingnya sampai tak ada satu sisa pun yang
bisa mengingatkan dirinya lagi akan yeoja itu. Walaupun hanya setitik debu.
Jika saja ia tau bahwa yeoja itu berhasil memanipulasi tanda
tangan kedua orang tuanya dan mengambil aset seluruh kekayaan orang tuanya,
mungkin saat itu ia akan menyurh pembunuh bayaran yang paling handal untuk
melenyapkan yeoja biadab yang benar-benar membuat hidupnya kacau balau dan
hancur berkeping-keping seperti ini.
Tapi, percuma saja dengan khayalan itu. Nyatanya saat ini
orang tuanya meninggal dan seluruh omset hartanya jatuh sempurna pada yeoja
dihadapannya itu.
Terlalu licik, mengingat cara biadab yang dilakukan yeoja
itu akan gadis lugu berumur 20 tahun sehingga membuat tubuhnya menjadi 7kali
lebih kurus dari yeoja pada umumnya.
Lintah darat, panggilan yeoja itu. Bahkan jika ia berontak
dan membuat kekacauan dirumahnya sendiri, maka kau akan tau resikonya.
Terlalu berkuasa, yeoja itu terlalu berkuasa ia bisa saja
membuat gadis itu mati kelaparan dan mengurungnya dalam bak mandi yang dingin.
Sorot mata gadis lugu berumur 20 tahun itu berubah sempurna
saat menatap yeoja angkuh didepannya,
Amarah, Luka, Perih, Dendam, Kebencian, dan Sakit hati,
semuanya bercampur aduk membuat satu sorot mata yang sangat terlihat jelas
mengerikan dibalik lensa coklat alami miliknya. Dan saat dia menunjukan
tatapannya seperti itu, hanya senyuman licik yang terpampang diwajahnya.
Terlalu licik bahkan ia bisa menebak apa yang ada dikepalanya saat ia tersenyum
licik seperti itu kehadapannya 'anak bodoh, kau tak mungkin menandingiku yang
terlalu berkuasa ini. Dasar bocah ingusan'.
Apa lagi yang bisa ia lakukan sekarang..?
Yeoja itu membuangnya kesebuah vila tua di utara korea
selatan, bahkan ia pun tak tau persis apakah ini masih di korea atau bukan,
mengingat susunan bangunannya yang terlihat jelas seperti bangunan zaman
Victoria kuno di eropa sana. Tak terfikirkan bahwa ada bangunan seperti ini di
korea.
"kau akan bekerja disini.." ucap yeoja angkuh itu
membukakan mulutnya dan terduduk santai pada kursi mewah diruang tengah
bangunan tersebut.
"sampai kapan kau puas..?" tanya gadis itu dingin.
Terlalu dingin dan mencibir dari setiap nadanya, amarahnya sudah tak terbendung
lagi, ia benar-benar ingin keluar dari jeratan yeoja itu yang menyiksanya
setiap hari, membiarkannya tidur ditempat yang tak selayaknya bersama
binatang-binatang menjijikan dengan air liur menetes disetiap mulutnya,
membiarkan dirinya memakan sisa dari makanan anjing yang bahkan anjingpun sudah
tak ingin lagi memakannya, dan membiarkan yeoja tersebut terkurung dalam rumah
mewah dan membuat deadline besar bahwa dia sudah tewas. Mengenaskan.
"hanya sampai aku bosan nona Ji Young.
Hahahahaha.." Jawab yeoja tersebut masih dengan keangkuhannya yang tak
pernah lepas sedikitpun dari gerak-geriknya, menyesap pelan cerutu yang
dipegannya dan membuang asap nya sembarangan denga smirk yang tak pernah lepas
dari mulutnya. Menjijikan.
"Lintah darat...!!" teriak gadis tersebut tidak
terima kali ini dengan sisa tenaga yang dimilikinya ia membanting tas dalam
rangkulannya dan hendak menghancurkan yeoja angkuh dihadapannya itu sebisa yang
ia mampu, tapi percuma. Secepat kilat juga dua bodyguard langsung menahannya
dan membuatnya tak bisa pergi kemanapun lagi.
"bahkan untuk menyentuh jari kukupun, kau tak bisa Nona
Song Ji Young yang terhormat.. Hahahahaha" ia tertawa puas diakhir
kalimatnya, tawa yang paling memuakkan yang mungkin pernah didengar gadis lugu
bernama Song Ji Young tersebut, sekuat tenaga pula Ji Young berusaha melepaskan
cengraman kuat kedua bodyguarnya itu, mulutnya tak henti-hentinya merutuki dan
berkata kasar membuat yeoja itu hanya semakin tertawa terbahak-bahak dan
menyayat luka lebih dalam lagi dihati Ji Young. Mengatakan bahwa saat ini kau
benar-benar tak berdaya.
"sudah, aku bosan dengan ini semua... Dengar aku Nona
Song Ji Young yang terhormat. Hidupmu tergantung padaku dan jika kau berusah
kabur dari villa ini, maka kau tau resiko yang kau ambil Mrs. Song.. Kau mati
kelaparan dihutan..."ucap yeoja itu bangkit dari tempat duduknya dan
menarik dagu ji young dengan paksa membuatnya mendongak kan wajahnya dan
menatap wajah yang paling ia tidak ingin ditemui lagi seumur hidupnya. Selama
sisa hidupnya.
"kau..." katanya terhenti saat yeoja yang dulu ia
panggil Ajjuma Shin itu melepaskan paksa dagunya dan menampar pipi Ji young
membuat lembam dipipi kanannya yang kurus kering.
"bawa dia ke gudang, biarkan dia sendiri dan jangan
lupa kunci rapat-rapat gudangnya.... Dan pastikan bahwa tak ada satupun yang
melihatnya. Arraseo...??" perintah yeoja itu dengan angkuhnya menyuruh
kedua bodyguardnya untuk segera melaksanakan tugasnya, mengurung Ji Young.
Yeoja tersebut menghela nafas panjang dan membetulkan
tatanan 'dandanan menornya' disaat Ji young dengan sekuat tenaga berusaha
melepaskan cengramannya dari kedua bodyguard itu, walaupun ia tau bahwa hasilnya
akan percuma saja.
****
Buukkk.......
Dengan paksa kedua bodyguard itu mendorong Ji Young hingga
terjatuh dilantai dan membuat yeoja itu semakin meringis kesakitan menahan apa
yang ia rasakan kali ini, sakit... Terlalu sakit. Bahkan ia pun sudah tak
mengenali dirinya sendiri akibat sakit yang diterima Ji Young akan dirinya.
Putri anggun dan cantik gelar kehormatannya dulu kini pupus sudah digantikan
dengan kata 'yeoja lusuh dan kurus kering', dan bahkan ini terlihat lebih
mengerikan dari yeoja lusuh dan kurus kering.
"eomma.... Appa... Eottokae...??" akhirnya
tangisan itu pecah keluar paksa dari pelipis matanya, Ji Young menangis sambil
memeluk lututnya. Menangis entah untuk apa. Meratapi hidupnya mungkin.
Tangisnya terus pecah membuat yeoja angkuh yang menyiksanya itu tertawa puas
dibalik pintu besar yang berada dibalik gudang tersebut, ia benar-benar tak
habis pikir. Bagaimana mungkin dizaman seperti ini masih ada orang yang
menyiksa orang lain sedemikian rupa sepeerti ini?
Jika ia tau sebelumnya mungkin dia akan memanfaatkan
kekuasaan appa-nya untuk segera memberantas orang-orang mengerikan tersebut.
Dan mengenai tempat ini, dimana tempat ini..?
Sebuah vila tua berdiri kokoh ditengah hutan lebat dikaki
gunung utara korea selatan dan begitu jauh dari hiruk pikuk kota. Vila tua
bernuansa zaman victoria kuno itu berdiri angkuh dan membiarkan dirinya
terkurung dalam gudang yang ada didalamnya, membiarkan seorang yeoja menangis
keras dan meratapi nasibnya yang mengerikan seperti ini, apa lagi yang bisa dia
perbuat untuk mengubah segalanya yang sudah begitu buruk seperti ini untuk
kembali seperti semula..? Tak ada hal lain lagi yang bisa ia lakukan selain
mati. Ia sudah tidak tahan lagi dengan semua siksaan yang ia terima,
mati...Lebih baik mati daripada terus menahan seperti ini.
Dengan segala tenaga yang tersisa, Ji Young mencari sesuatu
yang mungkin bisa menyayat pergelangan tangannya, mencari benda tajam yang bisa
mengakhiri hidupnya yang mengenaskan seperti ini. Tapi, tak ada satupun
diruangan itu. Kosong. Hanya ruang kosong dan kotor, gudang ini kosong. Tak ada
apapun lagi selain dirinya dan....
Kini matanya tertuju pada benda besar disudut ruang, benda
tersebut ditutupi kain usang yang sudah penuh dengan debu dan jaring laba-laba
disekitarnya, bahkan saking usangnya sudah ada beberapa sobekan bolong diujung
kain tersebut menutupi benda besar didalamnya. Ji Young mendekati benda
tersebut, langkahnya terhuyung terombang ambing mengingat sisa tenaganya yang
sudah terkuras habis akan pemberontakan percuma tadi, dengan sekuat tenaga pula
ia menarik kain usang itu melepaskannya dan dan membiarkan dirinya
terbatuk-batuk akibat debu yang dihasilkan benda tersebut.
"uhuk...uhuk...uhuk...." tak henti-hentinya Ji
Young terbatuk menutupi mulut dan hidungnya untuk menghindari debu masuk lebih
dalam ketubuh kurus keringnya.
Matanya terus terpejam sampai akhirnya ia buka perlahan dan
menatap benda besar apa dibalik kain itu. Yap, kaca.
Sebuah kaca berukuran 2x1 m dalam sebuah lemari besar
berdiri tepat dihadapan Ji Young dan memantulkan bayangannya yang sudah tak
seperti dulu lagi. Kaca itu berlapis emas murni disetiap ukirannya dengan
banyak sekali batu permata dilekuk setiap ukirannya memudarkan kata usang yang
semula ada pada kaca tersebut.
"bagus, kaca..." guman Ji Young pelan, seperti
mendapat keberuntungan dalam hidupnya untuk segera mengakhirinya.
Sejenak ia tertegun menatap benda yang memantulkan
bayangannya dengan tatapan kosong. Matanya menatap kosong bayangan dirinya yang
dipantulkan kaca tersebut. Kotor, kusam, lusuh, dan acak-acakan itulah yang ada
dalam pantulan kaca tersebut. Lebih tepatnya bayangan dirinya sendiri.
Kembali, tak habis pikir bahwa, bagaimana mungkin dirinya
bisa menjadi separah ini..?
Terserah dengan semuanya,
Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah segera mengakhiri
hidupnya, terserah dengan bayangan lusuh yang ada, yang terpenting adalah ia
harus menemukan sesuatu untuk memecah kaca ini dan membuat kepingan tajam yang
nanti akan menyayat pergelangan tangannya. Segera secepat mungkin.
Dengan sisa tenaga yang ada pula Ji Young membuka kenop
pintu lemari itu dan berniat mencari sesuatu yang bisa memecahkan kaca
dihadapannya ini, tapi apa yang ia temukan didalam lemari itu hanyalah sebuah
kotak kecil usang dengan banyak debu diatasnya, Ji Young membuka kotak tersebut
dan menemukan sebuah batu permata saphire blue didalamnya, mengkilat.
Benar-benar mengkilat sehingga pantulan dirinya yang lusuh itu tercetak jelas
dalam kilatan batu saphire blue persegi 7 tersebut.
"mungkin ini bisa.." guman Ji Young pelan menutup
pintu lemari itu bersiap hendak melemparkan batu saphire dalam genggamannya itu
tepat pada kaca dihadapannya.
Deg....
Dimana bayanganku...? Ji Young membelakkan matanya tidak
percaya saat mendapati dirinya tidak ada dalam bayangan cermin. Tidak mungkin.
Cermin itu tidak memantulkan bayangannya sedikitpun, yang ada hanya ruang
kosong dan tak ada satupun bayangan dirinya yang sudah jelas-jelas berdiri
tepat didepan cermin itu. Tubuhnya bergetar hebat mendapati dirinya yang tak
memantul dalam kaca, tidak mungkin... Tidak mungkin, Ji Young berguman hebat
mengepal erat batu Saphire blue ditangannya dan kakinya bergetar saking tidak
percaya dengan apa yang dilihatnnya saat ini. Perlahan, Ji Young mulai
mendekatkan tubuhnya mendekati cermin itu, takut saja jika ia memang salah
lihat dengan apa yang ada didalamnya, ia melangkahkan kakinya terus sampai
tepat berada didepan cermin itu, menggerakkan jari jemarinya perlahan dan mulai
menyentuh kaca tersebut, berharap bahwa ini hanya ilusi semata.
Dan disaat ia tepat menyentuh permukaan kaca itu, perasaan
lain menghinggapi dirinya, ia memejamkan mata seperti tertarik pada suatu
tempat lain didalamnya.
Perasaannya kini berbeda, ia seperti tak berada dalam ruang
lembab dan kotor seperti sebelumnya, ia merasa sangat berbeda saat ini,
perasaan hangat dan nyaman tiba-tiba menghampiri tubuhnya bahkan hidungnya pun
sudah tidak mencium bau busuk yang semula ia rasakan dalam gudang, yang tercium
hanya bau bunga-bungaan yang sangat menyegarkan memaksa masuk kedalam
hidungnya, memberikan perasaan lain dalam tubuhnya. Nyaman.
Ji Young membukakan matanya perlahan berharap bahwa ini
bukan hanya 'ilusi' semata. Berharap ia segera mendapati dirinya sudah berada
di surga dan berharap bahwa ia sedang tidak berada dalam alam mimpi. Dan
berharap bahwa ia sudah mati saat ini juga.
"Dimana ini..?" matanya terbelak kaget saat
mendapati dirinya sudah tak berada dalam ruang kotor lembab dan sangat berdebu
seperti sebelumnya.
Ia mendapati dirinya dalam sebuah ruangan megah bahkan
terlihat seperti sebuah istana mewah disebuah dunia yang tidak diketahui
keberadaannya.
Ia mendapati dirinya tak seperti dulu lagi, sebuah gaun
mewah berwarna putih berkilau melilit indah disetiap lekuk tubuhnya, rambutnya
tergerai rapi dengan beberapa untaian kepang membentuk sebuah mahkota terikat
rapi dengan segala perbedaan dengan tampilan sebelumnya, dan batu yang ia
genggam tadi kini menghilang digantikan dengan kalung yang melilit longgar
dileher putih mulusnya dengan permata saphire diujung liontin kalung tersebut
membentuk sebuah lambang hati dengan tali yang melilit menyambungkan lambang
tersebut dengan kalung yang dipakainya. Kontras.
Tempat ini terlalu kontras dengan sebelumnya, matanya masih
terbelak menatap cermin dihadapannya yang memantulkan bayangan 'sesungguhnya'
dari kecantikan, keanggunan, dan kegemulaian seorang putri kerajaan. Yang
menjadi miliknya dulu.
Ji Young meraba pelan wajah bersih milikknya dan sedikit
menyubitnya bahwasanya ia memang sedang tidak bermimpi saat ini, ia tersenyum
sumringah menampakan giginya didepan cermin bahwa memang ia tidak bermimpi saat
ini, bahwa ia memang benar menapakkan kakinya disebuah dunia lain yang masih ia
pikir bahwa ini surga dan dia sudah mati.
Biarkan saja, ia sudah tak mau lagi mengingat kejadian
beberapa menit lalu bersama wanita biadab itu, biarkan saja ia menghilangkan
memori itu digantikan dengan senyuman sumringah yang ia dapati didepan kaca
besar yang memantulkan kecantikan asli dari seorang putri kerajaan.
Ia sudah tak mau lagi mengingat itu, biarkan saja ia hidup
didunia barunya dan tidak ingin berniat untuk kembali kedalam dunia picik yang
ia rasakan tak kurang dari 24 jam yang lalu.
Kembali ia mengagumi sosok baru yang ia dapatkan saat ini,
cantik. Bahkan ia berpikir bahwa ia memang benar-benar cantik apa adanya, ia
berputar, merasakan gaun yang melekat sempurna dalam tubuhnya, merasakan
kenyamanan yang baru saja ia rasakan, sampai Ji Young tidak sadar dua pasang
mata memperhatikannya lekat, tak lepas.
"tuan Putri.." akhirnya, Salah satu dari kedua
pria itu berbicara, membuyarkan seluruh keterlenaan dirinya akan dunia yang
baru ia dapati saat ini.
Secepat itu pula Ji Young berbalik dan mendapati dua orang
namja berlutut sopan dihadapannya. Ji Young tak mampu berkata apa-apa lagi,
tubuhnya sedikit menegang melihat perlakuan dua namja itu.
Sekilas diperhatikan bahwa kedua namja itu memakai pakaian
yang berbeda,
Namja pertama berambut panjang coklat emas dengan kemeja
putih bersih dan beberapa rangkaian bunga diatara pelipis matanya hampir
menutupi kedua matanya.
Dan namja kedua, terlihat lebih membungkuk sopan dibanding
namja yang satunya, pakaiannya hitam nyaris trasparan rambutnya panjang namun
tak sepanjang namja pertama dan sebuah kain putih jaring-jaring melekat diatas
kepalanya membuat keserasian diantara keduanya.
Memori Ji Young kembali berputar, ia pernah menemui kedua
namja ini, tapi dimana?
****
"selanjutnya kita
pergi keruangan sebelah sini.." ucap seorang pemandu wisata menjelaskan
tentang beberapa lukisan dihadapannya, seorang yeoja berumur 18 tahun dengan
note book dan kamera ditangannya masih asik memotret benda-benda dengan karya
seni tinggi dalam sebuah museum klasik disalah satu kota dinegara italia. Song
Ji Young.
Gadis itu masih asik
dengan kameranya memotret sana sini mengikuti hasratnya untuk menuju tempat
yang lebih menarik lagi, sampai ia pun menjauh dari rombongan lainnya dan
memilih untuk mengikuti kata hatinya menuju tempat yang disukainya.
Kini matanya tertuju
pada 3 lukisan tanpa pagar pembatas disekelilingnya, disudut ruangan sepi
dimuseum tersebut, ruangan itu bahkan lebih sepi dibanding ruangan lainnya yang
masih ada beberapa pengunjung memperhatikan lukisan lain, 3 lukisan namja.
Sepintas terlihat
biasa, namun kata hatinya berkata lain seperti ada sesuatu disana yang harus ia
ketahui dan memilih untuk mengikuti langkahnya mendekati 3 lukisan itu.
Lukisan pertama yang
ia lihat adalah seorang namja dengan topeng bunga menutupi matanya, terduduk
membungkuk dengan tangan yang memegang kursi yang didudukinya.
Sejenak Ji Young tertegun. Terpana lebih
tepatnya, menatap lekat lukisan tersebut.
Rahang tajam dan
hidung mancung menambah kesan keterpanaan dirinya akan lukisan itu.
Seperti. Ada perasaan
lain yang menghinggapinya saat ia menatap lekat lukisan namja pertama, seperti
perasaan tidak asing dengan namja ini, seperti ia memang sudah mengenalnya
sejak lama dengan namja dalam lukisan ini, perasaannya berkata bahwa ia adalah
sahabat namja ini. Tapi kapan? Bahkan Ji Young rasa ia baru menemukan lukisan
ini beberapa detik lalu, tak mungkin. Hanya perasaannya, pikirnya.
Ji Young menggelengkan
kepalanya pelan dan memilih untuk menatap lukisan kedua yang dilihatnya,
seorang namja dengan baju hitam trasparan dan topi jaring melekat indah
dikepalanya sedang terduduk manis menatap lekat apa yang ada dihadapannya.
Untuk kedua kalinya ia terpana dengan lukisan
tersebut, Indah. Benar-benar sangat memukau, sorot matanya teduh memancarkan
ketenangan jiwa disetiap tatapannya, rahangnya tajam dan hidungnya mancung. Dan
baju transparan yang dipakainya menambah kesan lebih akan ketampanan.
Kesempurnaan lebih tepatnya, akan namja ini. Lukisan namja kedua.
Lagi, untuk kedua
kalinya ia merasa sesuatu yang aneh menghinggapi dirinya saat menatap lukisan
tersebut, kali ini sedikit berbeda dengan lukisan pertama yang memberi kesan
'hey, dia teman baikku, yang paling baik yang pernah kau temui'.
Perasaan nyaman hangat
dan terkesan melindungi, menyelimuti hatinya saat ia menatap lukisan kedua
namja tersebut, dia adalah belahan jiwaku.
Seperti itulah apa
yang ada dalam perasaannya, berkecamuk dengan apa yang ada dalam pikirannya
akan logika, bahwa mustahil merasakan hal tersebut hanya dengan menatap
lukisan.
Ji Young sedikit
memegang kepalanya yang entah sejak kapan merasa sedikit sakit dari sebelumnya,
perasaannya berkecamuk dengan pikirannya. Akan perasaannya yang mengatakan
bahwa 'aku memang sudah mengenal mereka' dan pikirannya yang berkata 'tapi
dimana?'.
Ia sedikit menghela
nafas memberikan sejenak ruang hati dan pikirannya untuk membuatnya lebih
tenang dan berpikir selaras seperti sedia kala kembali.
Langkahnya terhenti
akhirnya disebuah lukisan terakhir didepan matanya, untuk ketiga kalinya ia
kembali terpana menatap lukisan yang bahkan dia sendiri pun tak bisa
mengartikannya, lukisan namja ketiga.
Seorang namja berdiri
tepat menatap pasrah apa yang dihadapannya. Dan untuk pertama kalinya Ji Young
merasakan sesuatu yang lebih lain lagi menghinggapi dirinya, entah sejak kapan
jantungnya berdetak kencang dan darahnya mengalir deras hanya karena ia menatap
lukisan yang tak bisa ia artikan akan sorot matanya yang benar-benar membuat
dirinya seperti merasakan 'Jatuh Cinta',
Lebih lama ia tertegun
menatap lukisan ketiga, mengamati setiap lekuk wajah namja yang berada dalam
lukisan dihadapannya, matanya, hidungnya, bibirnya, yang entah sejak kapan
menjadi sesuatu yang lebih menarik untuk dilihat. Jantungnya berdetak lebih
cepat, mungkin hanya karena menatap sorot matanya yang tajam dan teduh secara
bersamaan, berdiri menatap sesuatu yang tidak pasti. Berdiri untuk sebuah
penantian asa.
Tanpa sadar Ji Young
melangkahkan sedikit kakinya untuk meraih dan merasakan relief lukisan
tersebut, tangannya terangkat keudara saat ia merasakan sesak didadanya akibat
jantungnya yang berdebar terlalu kecang untuk segera menyentuh lukisan itu.
Berharap bahwa perasaan itu lenyap saat ia menyentuhnya. Berharap bahwa desir
darahnya yang terlalu kecang bisa terobati ketika ia benar-benar menyentuh
lukisan tersebut dan membuatnya kembali normal.
Jantungnya kembali
berdetak dan hatinya berkata 'kau takdirku' tapi, kembali pikirannya berkata
'sejak kapan? Siapa mereka?' membuat Ji Young merasa terombang ambing dengan
apa yang berkecamuk dalam dirinya.
Jari-jemarinya
terhenti disaat beberapa Millimeter lagi ia akan menyentuh lukisan itu, sebuah
perasaan nyaman kembali melanda dirinya ketika mendekati lukisan tersebut. Dan
disaat ia benar-benar menyentuh lukisan tersebut. Seseorang berkata pada
batinnya.
'Datanglah padaku,
Temui aku dalam kegelapan,
Ikat aku dalam takdirmu,
Dan berikan hembusan nafasmu untuk menyelamatkanku.'
Kata-kata itu
menghujam hebat dalam batinnya bah petir yang melanda disiang bolong. Tubuh Ji
Young terjatuh seketika ketika mendapati batinnya dihujam kata-kata asing yang
membuat lututnya terkulai lemas dan seakan tak bisa lagi menopang tubuhnya.
Ji Young merasakan
kakinya sudah tidak bisa lagi memopang tubuhnya, dirinya ambruk seketika
terkulai lemas dengan nafas terengah-engah, benar-benar nyata. Bahwa perasaan
itu benar adanya, dan datang secara tiba-tiba menghujam dirinya yang sudah tak
mampu lagi mengartikulasikan apapun saat ia menerima perasaan aneh saat itu.
"Nona Song, anda
baik-baik saja..?" sebuah suara menghampirinya yang terduduk lemas tepat
dihadapan lukisan ketiga, ternyata saat ini seluruh bodyguarnya sudah
mengelilinginya dan menghujamnya dengan pertanyaan lain 'anda baik-baik saja?'.
"Ne.. Aku
baik-baik saja..".
****
"Tuan putri, anda baik-baik saja?" tanya namja
berbaju sedikit trasparan tersebut menyentuh pelan pundak Ji Young diikuti
dengan anggukan khawatir namja berbaju putih disampingnya.
Ji Young sedikit tersentak kaget mendapat perlakuan seperti
itu, sejak kapan kedua namja ini sudah berada tepat dikedua sampingnya?
"kau...?" ucap Ji Young bertanya, jangtungnya kembali
berdebar. Ada sedikit perasaan khawatir menghampirinya. tapi, perasaan nyaman
dan 'baik-baik' saja lebih melandan hebat dihatinya.
Halisnya sedikit mengkerut mengucapkan kata tersebut,
memastikan bahwa ia memang benar dan tak salah.
"ah, ne... Sudah lama tidak bertemu nona, kau masih
mengingatku rupanya..." jawab namja berambut panjang berbaju putih
tersebut, nadanya lebih terdengar bersahabat, seperti memang ia sudah tau
sebelumnya. Dan cengiran lebar mengakhiri kalimatnya menunjukan deretan gusinya,
dibalas sikutan pelan dari namja berbaju hitam satunya.
"Keunde..." ucap Ji Young ragu.
"tidak udah khawatir putri, kami semua tidak akan
menyakitimu, bahkan kami bersyukur karena kau kembali. Ah~ sudah lama tidak
bermain bersama seperti dulu, kau pasti datang kesini untuk menemui takdirmu
kan? Aku merindukan kebersamaan kita dulu, dan juga Hyung..." jelas namja
berbaju putih tersebut, tersenyum lebar merangkul pundak Ji Young dan
membawanya perlahan, diikuti langkah Ji Young yang sedikit ragu. Tepatnya gugup.
"Yaak, kau menakutinya, kau tau? Sudah, dia pasti
sangat lelah, jangan buat dia takut lagi, kau membuat dia takut dengan
gusimu.." teriak namja berbaju hitam sedikit transparan itu tidak terima,
ia segera menarik lengan Ji Young dibalas dengan ucapan tidak terima dari namja
berbaju putih, dan senyuman pelan dari Ji Young.
"Keundae, dimana ini? Apa aku pernah mengenal kalian
sebelumnya?" tanya Ji Young akhirnya, menyuarakan pikiran penasaran akan
tempat indah ini, terlalu indah.
"aish, apa kau melupakan kami, eo?" jawab Namja
berbaju putih sedikit tidak terima.
"Yaak, sudah kubilang jangan menakutinya! Apa kau tidak
lihat, dia ketakutan karenamu, arra?" sangah pria berbaju hitam sedikit
trasparan kembali meneriaki namja berbaju putih tersebut.
"Gweanchana?" tanya pria itu kembali, memegang
pelan pudak Ji Young dibalas dengan anggukan pelan dari Ji Young.
"ne, Gweanchana.." ucap Ji Young tersenyum.
"baiklah, Karena kamu telah melupakan kami maka aku
akan memperkenalkan diri kembali kepadamu, Namaku Lee HyukJae, kau bisa
memanggilku Eunhyuk Oppa kalau kau mau, dan pria bermata sedih disampingmu
namanya Lee Donghae kau bisa memanggilnya Donghae Oppa, atau Ikan, atau Si mata
sedih, Cry Donghee atau apa saja terserah kau.. Aku memanggilnya Si mata sedih,
aku harap kau juga memanggilnya seperti itu, bangapta putri.." ucap
Eunhyuk menjelaskan diakhiri dengan cengiran lebar dimulutnya menampilkan gusi
dan gigi putih yang dimilikinya.
"Yaak, begitukah cara kau memperkenalkan diri? Dimana
sopan santunmu, Maafkan kami Tuan.." teriak namja berbaju sedikit
trasparan tersebut kembali meneriaki Eunhyuk.
"Ah, ne, gweanchana.." ucap Ji Young tersenyum
lembut dibalas dengan kekehan pelan dari namja bernama Lee Hyuk Jae tersebut.
"maaf kan kami.." ucap Donghae sedikit tertunduk.
"annio, gweanchana... Tidak usah meminta maaf.."
sahut Ji Young tersenyum mencoba untuk membuat namja bernama Lee Donghae itu
tidak semakin tertunduk malu.
"kajja, aku akan menceritakan lebih banyak lagi tentang
tempat ini, upacara akan dilaksanakan lusa kan? Aigo~ aku sudah tidak sabar
melihat kembali hyung, kajja. Biarkan saja dengan Si mata sedih..." ucap
eunhyuk menarik lengan Ji Young membawanya keluar dibalas dengan gerutu kesal
dari donghae.
******
"Mwo...??" Ucap Ji young tersentak dengan apa yang
baru ia dengar saat ini, penjelasan dari Eunhyuk.
"tentu saja putri..." lanjut Donghae mencoba
menjelaskan.
"Ja...Jadi.... Aku harus.... Itu..." sahut Ji
Young sedikit terbata-bata, nafasnya sedikit tercekat diakhir kalimatnya.
"haha, putri, berhentilah bersikap seolah-olah kau baru
melakukannya sekarang..." ucap Eunhyuk berbaring pada rerumputan hijau
diatas bukit dan menggunakan kekuatannya untuk membuat beberapa rangkaian bunga
yang menutupi matanya menghalau sinar matahari yang terlalu terik menembus
kedua matanya.
"yaak, berhentilah memanggilku putri, aku tak
menyukainya... Lebih baik jika kalian memanggilku Ji Young-ssi atau Ji
Young-ah, pokoknya jangan panggil putri. Arra!" ucap ji young memanyunkan
bibirnya, entahlah, padahal ia baru bertemu mereka tak kurang dari 2 Jam lalu,
dua namja itu hanya mengajaknya kedalam sebuah taman dibelakang istana dan
menceritakan banyak hal mengenai dunia kedua, dan mengenai namja yang akan
diciumnya saat upacara bulan purnama lusa.
Seperti memang mereka sudah mengenal satu sama lainnya,
donghae yang lembut dan eunhyuk yang menyenangkan, dan namja itu, Ji Young tak
tau. Ia lupa.
"baiklah, Ji Young-ssi.." ucap donghae tersenyum.
"lalu, aku harus menciumnya dihadapan semua orang,
seperti itu?" tanya Ji Young kembali merasa tidak terima.
"tentu saja.... Ji Young-ssi, itu sudah takdirmu dan
kau harus menerimanya. Bahkan aku rasa seminggu lagi kalian akan menikah,
cukkae..." jawab Donghae menjelaskan tersenyum lembut menatap Ji Young
yang masih mengerucutkan bibirnya kesal dan Eunhyuk yang terkekeh pelan.
"aku tak mempercayai takdir.." ucap Ji Young
pelan.
Ia menghembuskan nafasnya pelan dan kemudian mulai
menyandarkan tubuhnya pada pundak Donghae, seolah bahwa. Memang benar mereka
pernah bertemu dan berteman sejak lama dan baru bertemu sekarang.
Seolah bahwa sudah tidak ada kecanggungan lagi diantara
mereka yang membuat Ji Young dengan leluasa menyandarkan pundaknya pada Donghae
dan Eunhyuk yang terlelap menjadikan paha Ji Young sebagai bantal.
Entahlah, semuanya terjadi begitu saja. Mengalir seperti
air, perlahan takdir yang tak pernah kau percayaipun mulai memudar digantikan
dengan kenyamanan dikelilingi dengan orang-orang seperti itu, menjaga,
melindungi, dan mencintainya setiap waktu.
"Namja itu, siapa namanya? Kenapa bisa tertidur seperti
itu?" tanya Ji Young polos.
"Itu salahku.." jawab Donghae menghela nafas
panjang dengan suara beratnya.
"Yak, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri.
Seharusnya kau bersyukur masih ada yang bisa menyelamatkanmu, Arra?"
sanggah eunhyuk membukakan topeng bunga yang menutupinya dan menatap Donghae
yang tertunduk.
"kau benar... Namanya Kim Jong Woon, dia adalah Hyung
kami, dia sudah tertidur selama 130 tahun, hanya untuk menunggu dirimu
lahir..."
"Mwoo..?? 130 tahun..? Ja..jadi umur kalian.."
"nona song, 1 tahun di dunia kami sama dengan 100 tahun
di duniamu, kau ini... Aish, aku bahkan meragukanmu apakah kau benar-benar
orang yang ditakdirkan itu.."
"hah, syukurlah..." ucap Ji Young sedikit mengelus
dadanya pelan.
"wae? Waeyo? Apa sesuatu terjadi?" tanya Ji Young
penasaran, kali ini ia menatap namja disampingnya itu, matanya berwarna coklat
dan benar-benar teduh. Lee Donghae.
"itu.. Saat itu, kami baru menemukan takdir kami, dan
dunia dalam keadaan kacau balau karena seseorang, mahluk itu mengacaukan
segalanya sampai akhirnya kami dipaksa bertarung dan bahkan kamipun tidak tau
harus bagaimana menggunakan kekuatan kami seperti sekarang. Dan disaat itu, aku
terjebak dan hampir terbunuh tapi, tiba-tiba hyung datang dan berlari, tubuhnya
bercahaya dan dia mengucapkan mantra itu... Untuk menyelamatkan kami..."
jelas Donghae dengan matanya sayu dan ada seburat penyesalan disetiap katanya.
Tanpa sadar Ji Young merangkulnya dan membiarkannya menyandarkan kepalanya di
pundak Ji Young, ia tak tau persis seperti apa kejadiannya.
Tapi, dia merasa bahwa memang benar adanya ia benar-benar
menyesal seperti itu. Eunhyuk tersenyum dan lebih memilih untuk menyandarkan
kepalanya diposisi semula.
"Mantra?" tanya Ji Young hati-hati.
"Benar, mantra 'interchange', mengatakan bahwa ia
bersumpah demi langit dan bumi akan menukarkan jiwanya agar bisa menyelamatkan
dunia kedua, dan menemui takdirnya sampai saat yang ditentukan... Dan membuat
dirinya tertidur selama itu.." jawab Donghae, berkali-kali ia menghela nafas
menahan air matanya yang hampir menetes dari pelipis matanya.
"mianhae..." ucap Donghae kembali.
"annio, bukankah aku hanya perlu menciumnya dan
membuatnya terbangun? Tidak usah menyalahkan dirimu seperti itu..." sahut
Ji Young mencoba menenangkan namja yang menyandarkan kepalanya dipundaknya.
"sudahlah... Percayalah semuanya akan baik-baik
saja.." ucap Eunhyuk menengahi.
****
####
2 Days Later
Ji Young's P.O.V
Tidak terasa sudah 3 hari aku berada disini, aku dengar bawa
waktu berjalan sangat lambat disini.
Tak banyak yang aku lakukan disini, semuanya memperlakukanku
dengan baik. Entahlah, mungkin dunia kedua ini adalah dunia idaman seluruh
jagat raya, tanahnya subur dan gembur. Pohon dan hutan dimana-mana, taman
bunga, buah-buahan, binatang, manusia semuanya hidup selaras disini membuat
sebuah tatanan yang luar biasa tidak mungkin jika dibandingan dengan duniaku.
Bumi pertama.
EunHae Oppa, aku menyukainya, mereka memperlakukanku seperti
teman biasa tak ada yang lain. Tak seperti yang lainnya yang memperlakukanku
layaknya seperti barang yang mudah pecah rapuh dan hancur. Hey, aku tak seburuk
itu..!
Dan mengenai namja yang akan aku cium nanti malam, aku
sedikit memikirkannya. Aku tidak melihatnya lagi setelah saat itu, saat aku
melihatnya dilukisan. Aku dengar dia didalam sebuah peti kaca berlapis emas dan
perak.
Aku banyak mendengar, padahal EunHae Oppa, sudah mengajakku
untuk melihat namja itu dibalik peti. Tapi, aku menolak.
Tidak sampai saat ini.
Aku pikir, ini terlihat seperti cerita 'putri salju' dan aku
pikir ini bukan putri salju tapi 'Pangeran Salju'. Menggelikan.
Hanya tinggal tersisa 3 jam lagi sampai saat itu tiba, aku
hanya merasa seseorang memperhatikanku saat ini, menungguku, dan selalu
memperhatikanku dimanapun aku, menunggu sampai saat aku membangunkannya.
****
Author's P.O.V
"Apa kau yakin aku harus menciumnya dihadapan seluruh
rakyat seperti ini?" Tanyaku pada Donghae yang berdiri disampingku
memainkan kekuatannya dengan air yang melayang-layang diudara.
"Menurutmu? Yakinlah pada dirimu sendiri.."
jawabnya lebut dan tersenyum dan terkesan tak memuaskan sedikitpun.
"bukan itu masalahnya, kau tau kan bahwa, seluruh
rakyat didunia ini akan melihatku mencium namja itu, dan aku tak yakin kalau
aku tidak gugup saat itu.." ucap ji young memanyunkan bibirnya dan
memainkan rampel gaunnya pelan.
"kau hanya perlu memikirkan bahwa hanya ada kau dan dia
disana..." sahut Donghae tersenyum lembut memegang pundak Ji Young dan
mengelusnya pelan.
"aku pergi dulu sebentar, ada yang harus aku
urus.." lanjut Donghae kemudian dan segera melesat meninggalkan Ji Young
dikamarnya.
~~~~
Lagi, untuk yang kesekian kalinya Ji Young mengetuk pelan
lantai dengan High Heelsnya, benar, dia memang tidak merasa baik-baik saja saat
ini. Menunggu saat pintu besar itu dibukakan dan melihat seluruh rakyat, Raja
Leeteuk, dan Ratunya, juga EunHae oppa, dan namja itu yang terbaring dalam peti
kaca, seseorang yang akan dibangunkannya.
"eottokae.." guman Ji Young pelan, rasa gugup itu
semakin besar disaat Eunhyuk menghampirinya dan meminta ia segera bersiap-siap
sebelum kembali menghilang menggunakan kekuatannya dibalik pintu.
Dan disaat pintu terbuka pemandangan yang luar biasa indah
ia lihat.
Seluruh rakyat berjejer rapi sepanjang mata memandang
menghadap tepat pada balkon tertinggi dalam istana tempat dimana seluruh
pengawal raja, ratu dan tentu saja dewa lainnya berdiri dan membungkuk sopan
pada Ji Young dan tentu saja namja itu. Namja yang tebaring dalam peti.
Sinar bulan menerangi semuanya ditemani dengan cahaya
kunang-kunang yang bertebaran kesana kemari, Eunhyuk dan Donghae tepat berdiri
disamping peti diikuti dengan Raja Leeteuk yang entah sejak kapan sudah
meneteskan air matanya.
Ji Young melangkahkan kakinya pelan disaat semuanya menunduk
menghormat kepadanya, ia hanya berpikir bahwa terlalu berlebihan seperti ini.
Langkahnya pelan dan benar-benar gugup, sesekali ia menatap
Donghae yang tersenyum ramah kearahnya dan Eunhyuk yang mengepalkan tangannya
semangat dan ia pun sudah tau apa artinya.
Sekarang ia sudah tepat berada didepan peti itu, samar-samar
ia melihat sebuah wajah dibaliknya, yang terlihat bahwa rambutnya sedikit merah
tapi wajahnya tidak terlalu terlihat akibat relief kaca yg menutupinya.
Ji Young mengintip penasaran dengan apa yang ada dibalik
peti tersebut sampai tanpa sadar Raja Leeteuk sudah menghampirinya dan memegang
pundaknya dengan air mata berlinang. Mengharukan.
"anakku, kau adalah takdirnya... Biarkan dia terbangun
olehmu, aku merestui kalian dan dengan ini takdirmu untuk bersamanya.."
ucapnya sedikit tersendu-sendu, Dan ratu sudah berada disamping leeteuk
memegang pundaknya pelan dan berkata 'semuanya akan baik-baik saja'. Untuk
segera menenangkannya, sebelum semuanya menjadi terlalu berlebihan menurut Ji
Young.
Ji Young hanya tersenyum lembut saat itu, menatap Donghae
dan Eunhyuk yang tanpa henti memberinya semangat disamping peti.
Benar ia sekarang sudah disamping peti, beberapa pengawal
pun sudah bersiap untuk membuka petinya, Ji Young menutup mata.
Ia takut, tidak, bukan takut tapi gugup. Dirinya gugup
setengah mati sampai ia rasa jari tangannya seperti balok es yang mencair, dan
kakinya yang bergetar seperti ia tak mampu menopang tubuhnya kembali.
Ia menutup matanya.
Perlahan-perlahan ia membukanya kembali.
Peti itu sudah terbuka dan Ji Young masih ragu untuk
membukakan matanya, sampai keberaniannya terkumpul dan ia membukakan matanya.
Benar, untuk kedua kalinya ia terpana dengan wajah itu.
Sesosok namja tertidur dalam peti emas, rambutnya merah kehitaman, hidungnya
mancung, matanya terpejam sempurna dan bibirnya penuh sedikit tipis.
Kesempurnaan.
Ji Young merasa bahwa ia memang sedang tidak menapaki bumi,
hanya dengan menatap wajahnya saja ia sudah bisa membuat dirinya hampir mabuk
kepayang akibat wajahnya. Relief sempurna.
Jantungnya mulai berdetak liar saat ia melangkahkan kakinya
untuk semakin mendekatinya.
Darahnya kembali berdesir sama seperti 2 tahun yang lalu,
saat ia melihat namja itu untuk pertama kalinya dalam lukisan.
Tak ada yang menuntunya, langkahnya begitu saja sampai kini
wajahnya sudah benar-benar dihadapan wajah namja tersebut.
Rambutnya tergerai berjatuhan merepa wajah namja yang ada
dibawahnya, terlalu mempesona. Namja ini terlalu sempurna.
Bahkan Ji Young berpikir bahwa apa ia benar-benar seorang
manusia? Dan benar saja ternyata memang, bukankah dia seorang pemimpin kaum
ke-3? Dewa Dementer.
Darahnya berdesir hangat dalam tubuhnya, Ia mencondongkan
tubuhnya pelan dan menatap namja yang sudah hanya berjarak beberapa centi lagi
dari wajahnya.
Apa yang mereka bicarakan akan namja ini benar, ia tidak
bernafas sama sekali. Dingin wajahnya sedikit pucat mungkin karena ia tidur
dalam jangka waktu lama. Tubuhnya tak bergerak sedikitpun, tapi Ji Young masih
bisa mendengar bahwa jantungnya masih berdetak, normal.
Hanya tinggal bersisa beberapa centi lagi, Ji Young terlalu
terpesona dengan wajah itu, darahnya, jantungnya, perasaannya, pikirannya,
dimana mereka sekarang?
Tak pernah membayangkan bahwa akan seperti ini ketika
merasakannya, bahkan dulu ia pernah berpikir bahwa 'jatuh cinta itu Bulshit'
dan sekarang ia merasakannya sampai tak mampu mengartikulasikan apapun dengan
apa yang ada dihadapannya, disekelilingnya, bahkan dirinya sendiri. Hanya namja
itu.
Untuk beberapa detik Ji Young terdiam dalam keheningan,
seolah semuanya diam tak bersuara. Ia kembali menarik nafas panjang, menutup
matanya rapat dan perlahan, pelan namun pasti menghembuskan sedikit nafasnya
tepat kehadapan wajah yang sudah mampu meluluhlantahkan prinsipnya akan 'jatuh
cinta itu Bulshit'.
Saat ia benar-benar akan menciumnya, angin kecil menerpa
wajahnya, benar. Namja itu mulai bernafas, tangannya perlahan mulai bergerak.
Sontak saja Ji Young sedikit terkejut dan lebih memilih
untuk tidak melakukannya. Niat Menciumnya tepatnya.
Nafas namja itu sedikit terbatuk-batuk, mungkin itu hanya
karena ia baru bernafas kali ini. Matanya mulai terbuka dan tangannya bergerak
perlahan, dan tanpa sadar memegang lengan Ji Young, yang kau tau bahwa
Tangannya-Dingin-Karena-Gugup.
Ji Young tak tau lagi apa yang harus ia lakukan saat itu,
tepat ketika namja itu menyentuh perlahan lengan Ji Young.
"Gweanchana..?" Ucapan itu keluar begitu saja dari
mulut Ji Young memegang pelan pundak namja yang terbaring dihadapannya, yang
sikapnya saja sudah menunjukan bahwa dia gugup setengah mati.
Namja itu membuka matanya, mengerjapkannya beberapa kali dan
nafasnya sedikit memburu dan terkadang masih terbatuk-batuk. Memfokuskan
matanya sampai benar-benar menatap Ji Young.
"Nu-gu?" tanya namja itu polos datar dan
benar-benar tak berdosa, wajah polos seorang Dewa Dementer. Kim Jong Woon.
Jelas membuat Ji Young membelakkan matanya sempurna dan tidak memilih untuk
meneriaki namja itu sampai gendang telinganya pecah.
"MWO?" teriak Ji Young tidak terima, disambut
dengan sorak sorai seluruh penghuni bumi kedua yang saling meneteskan air
matanya dan memeluk satu sama lain dan membuat Ji Young mengurungkan niatnya
untuk tidak lebih meneriaki namja dihadapannya itu.
*****
#####
1 Weeks Later............
Author P.O.V
"Sedang apa disini?" tanya seorang namja lembut
menghampiri seorang yeoja dengan dress berwarna cream coklat selutut tengah
terduduk diatara luasnya padang bunga tulip yang tengah bermekarang,
berwarna-warni bunga kesukaannya. Song Ji Young.
"Oppa, oh, ada Eunhyuk Oppa juga..." jawab Ji
Young senang, menunjukan bahwa ia memang bahagia dihampiri oleh 2 Oppa
kesayangannya itu.
"aigo~ jadi, sekarang apa lagi yang kau lakukan disini,
eo?" tanya Eunhyuk mengelus pelan puncak kepala Ji Young membuat ia
sedikit tertunduk malu akibat ulahnya.
"hanya menikmati taman bunga..." Jawab Ji Young
menghirup nafas panjang dan tersenyum manis pada namja dihadapannya ini.
"besok kau akan menikah, kan?" tanya Donghae masih
dengan nada lembut dan terkesan penuh perhatian, melebihi apapun.
"aku tidak tau, bahkan akupun belum pernah bertemu
dengannya lagi setelah kejadian itu, minggu lalu..." Jawab Ji Young
menghela nafas berat sedikit tertunduk dan memanyunkan bibirnya sebelum
akhirnya kembali melanjutkan kalimatnya "Kau tau? Aku benar-benar
meragukannya, bagaimana mungkin tampang yang seperti itu menjadi seorang Dewa
Dementer? Apa kalian tidak menyadari, tampang polos yang benar-benar memuakan
itu, lihat bahkan dia mempunyai mahkota yang aneh dari ranting-ranting dan
daun, apa dia berniat untuk membuat sarang burung dikepalanya? dan
lagi...." lanjut Ji Young membuat namja dihadapannya itu terkekeh tidak
tahan dan bahkan Eunhyuk sudah tertawa terbahak-bahak akibat ucapan Ji Young.
"YAAK, AKU MENDENGAR SEMUANYA....!!" Teriak sebuah
suara memotong ucapan Ji Young disambut lunjakkan kaget dari yeoja tersebut.
"oh, Hyung-a, kemari... Lihat yeoja-mu membuat lelucon
tentang dirimu... Kajja...kajja..." ajak Eunhyuk disambut dengan kekehan
pelan dari Donghae.
"cih, kenapa kau datang kemari?" tanya Ji Young
menatap kesal namja yang baru saja terduduk disampingnya itu.
"kenapa? Tentu saja untuk menemuimu.." jawab namja
itu tak mau kalah.
Ji Young hanya berguman tidak jelas dan lebih memilih untuk
mengalihkan pandangannya untuk tidak menatap namja yang terduduk disampingnya
itu. Kim Jong Woon.
"Hyuk-a, kajja... Aku tau ini hanya akan memperburuk
suasana jika berlama-lama disini... Kita pergi sekarang..." Ajak Donghae
menghela nafas disambut dengan Cengiran lebar Eunhyuk yang terlihat seperti
ejekan dimata Ji Young.
"mau kemana? Aku ikut..." ucap Ji Young berusaha
berdiri, tapi terhenti karena namja disampingnya itu memegang lengannya erat.
"diamlah disana... Aigo~ cara memegang tangannya
benar-benar manis... Hyung-a, ceritakan aku jika kau berhasil melakukannya, aku
akan menjadi pendengar yang baik..." Ucap Eunhyuk masih dengan Cengiran
lebarnya dan mengedipkan matanya genit, jelas membuat Ji Young langsung
membelakan matanya semperna membuat dia berpikir keras 'apa yang dimaksud
dengan melakukannya?'.
-----
Beberapa menit berlalu, tak ada pembicaraan lagi setelah
kepergian Eunhyuk dan Donghae setelah itu, namja bernama Kim Jong Woon itu
hanya terduduk dengan tangan yang menopang tubuhnya kebelakang dan wajahnya
menatap langit sesekali menghirup nafas panjang dari angin yang mengalir lebut
menyentuh setiap permukaan benda di dunia kedua.
"Yaak, berhentilah mencabuti rumput seperti itu, kau
tau? Aku lelah menjaga dunia ini, dan kau seenaknya saja merusaknya seperti
itu..." protes Jong Woon pada yeoja disampingnya yang lebih asik mencabuti
rumput liar dan mencabik-cabiknya dengan kesal.
"aku tidak merusaknya... Rumput liar mengganggu
tumbuhnya bunga tulip, maka dari itu aku mencabutnya. Aku tidak mau jika
bunga-bunga ini akan terhambat pertumbuhannya akibat rumput liar..." Jawab
Ji Young tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dan lebih memilih untuk
tetap melanjutkan aktivitasnya. Mencabuti rumput liar.
"Mianhae...." ucap Jong Woon tiba-tiba, ia
menghela nafas berat sebelum mengucapkannya, memposisikan tempat duduknya agar
tepat menghadap yeoja disampingnya itu dan menatapnya dengan leluasa.
"Untuk apa?" Tanya Ji Young akhirnya menatap namja
yang terduduk menghadap disampingnya.
"Untuk segalanya, Untuk perkataanku minggu lalu, untuk
karena aku tidak menemuimu lagi setelah kejadian itu, dan untuk semua yang kau
lakukan padaku..." ucap Jong Woon menjelaskan.
"itu..."
"wae? Kau tidak memaafkanku?" tanya Jong Woon
heran, menatap lekat yeoja dihadapannya itu. Masih dengan tatapan tajam dari
mata kecil yang ia miliki.
"anni, bukan seperti itu, hanya saja... Aku..."
jawab Ji Young tertunduk salah tingkah. Jatungnya mulai berdetak tidak normal
lagi saat ini. tapi, perasaan nyaman lah yang menghalaunya, nyaman bersama
namja disampingnya itu. Nyaman saat ia menatap matanya yang seakan memiliki dua
sisi yang berbeda, lembut dan tajam. Dan juga hidung bangirnya, itu juga
mungkin termasuk hitungan. Dan bibirnya, Ji Young pikir bahwa itulah hal yang
paling menggoda, sudahlah, membayangkannya saja sudah tak sanggup. Ji Young
pikir.
"Saranghae...." Ucap Jong Woon akhirnya,
menyuarakan apa yang ada dibenaknnya saat ini akan perasaan yang membludak
hanya karena kau menatap wajahnya, bahkan jika disanding dengan malaikat
lainpun mungkin tetap saja pilihannya hanya akan jatuh pada yeoja ini, yeoja
yang memberikan separuh nafanya, hembusannya. Dan yeoja yang ia cintai saat
ini.
"eo?" tanya Ji Young, merasa pendengarannya
sedikit bermasalah saat ini.
"Saranghae, Ji Young-a.... Kau, satu-satunya orang yang
memberikan sebagian nafasmu untukku dan aku, sudah menyukaimu. Tepat, bahkan
ketika kelahiranmu saat itu.." Jawab Jong woon tersenyum, kali ini
senyumannya lebih terlihat ramah dan menyenangkan, dan tulus, setulus dewa
Dementer.
"kau, bagaimana mungkin?" tanya Ji Young penasaran
menatap namja yang tersenyum manis didepannya, bahkan matanya hampir saja
menghilang digantikan dengan buratan tipis dikedua matanya.
"Umurku 8 Tahun saat kau lahir, dan aku sudah
mengetahui bahwa kau adalah tadirku kelak..." jawab Jong woon Enteng.
"aku tak mempercayai takdir..." ucap Ji Young
menghela nafas berat dan mengalihkan pandangannya kembali menatap padang tulip
dihadapannya.
"aku juga.... tapi, hanya takdirmu yang aku percayai,
salahkah jika aku mengatakan itu, hmm?" kali ini Jong Woon lebih memilih
menyilakan kakinya dan tangannya yang menopang tubuhnya sedangkan kepalanya ia
condongkan tepat dihadapan Ji Young, bahkan hanya bersisa beberapa centi lagi
dari wajahnya.
"anni, anniyeo.... Tidak usah berlebihan..." Ucap
Ji Young menjauhkan sedikit kepalanya dari wajah namja disampingnya itu yang hanya
bersisa beberapa centi lagi dari wajahnya.
"jadi, kau mau menikah denganku, besok? Ji Young-a...
Hmm?" tanya namja bernama Kim Jong Woon tersebut lebih memposisikan
tubuhnya, tepatnnya wajahnya untuk semakin mendekat dengan wajah yeoja
dihadapannya itu.
Ji Young hanya terdiam menatap namja yang hanya berjarak
beberapa centi lagi dari wajahnya, ia benar-benar terpana dengan pemandangan
ini, sejak kapa seorang Song Ji Young yang tidak mempercayai takdir seperti
ini, bisa luluh dengan namja bernama Kim Jong Woon tersebut?
Hanya karena tatapanya saja.
"Kau diam berarti jawabannya 'ya'..." ucap Jong
woon masih betah menatap Relief terindah yang pernah diciptakan tuhan saat ini,
yeoja bernama Song Ji Young.
Ji Young benar-benar kehabisan kata-kata dengan kalimat
terakhir namja itu, ia lebih memilih untuk menundukan kepalanya malu, sebelum
diketahui namja itu bahwa mukanya sudah seperti kepiting rebus karena malu.
"Ji Young-a...." ucap Jong woon sedikit berteriak
membuat Ji Young sedikit terbelak kaget dan menatap namja disampingnya itu.
"eo?" ucap Ji Young kaget menatap namja
disampingnya itu.
Jong woon hanya tersenyum manis dan meraih tengkuk leher Ji
Young dengan cepat sebelum akhirnya menyapukan sebuah kecupan manis dibibirnya,
tidak, sebenarnya ia ingin sekali melakukan hal yang lebih terhadap Yeoja
disampingnya itu, tapi.. Mengingat besok pernikahannya dan bukankah itu
merupakan soal yang mudah hanya bertahan sampai hari esok.
Karena, orang yang berani menghembuskan nafas untuknya ialah
orang yang benar-benar berharga dimata seorang dewa kehidupan, tumbuhan dan
keseimbangan dunia kedua. Dewa Dementer. Kim Jong Woon.
Seseorang yang harus ia jaga, cintai, dan seseorang yang
harus tetap berada disampingnya untuk selamanya.
*****
Fin!
Note :
Donghae P.O.V
Awalnya sedikit
menyesakan menerima takdir ini, aku terlahir untuk menyeimbangkan dunia kedua.
Bagaimana bisa?
Bahkan diriku pun ragu
akan kemampuanku, sebelum Meninggal, appa bilang bahwa kekuatan besarku berasal
dari hati dan pikiranku. Jinja?
Maka dari itulah aku
mempunyai posisi sebagai dewa 'Athemis' di dunia kedua, bukankah dewa Arthemis
melambangkan keseimbangan Ketenangan Jiwa, Bulan Perdamaian, Perlindungan, dan
Cinta?
Lalu, Jika aku
mempunyai kekuatan itu, mengapa aku tidak dibiarkan untuk memiliki seseorang
yang aku cintai?
Benar, Takdirku ialah
mencintai seseorang dan tak memilikinya, aku mencintai Song Ji Young, seseorang
yang ditakdirkan untuk Hyung-ku dan aku tidak bisa memilikinya.
Ah~ aku iri pada Hyung
yang memiliki takdir untuk mencintai dan menjaga orang yang dicintainya.
Aku pikir jika suatu
saat nanti seseorang yeoja datang pada kehidupanku, mungkin aku akan segera
mencintainya.
Ji Young P.O.V
Takdir?
Aku pikir bahwa tidak
ada takdir didunia ini, bukankah logika lebih baik dibandingkan dengan kata
takdir?
Tapi, aku salah,
nyatanya aku memang harus mempercayai akan hal itu.
Aku menikahi namja
yang pertemuannya pun hanya dalam lukisan, mengesankan. Menyenangkan melihat
senyumnya setiap hari seperti itu, menjadi pundak dan sapu tangan dikala ia
memang sedang dalam keadaan tidak tenang ataupun sedih, pria yang aku cintai.
Hari ini, esok, dan seterusnya.
Kim Jong Woon P.O.V
Sigh. Aku lelah. Aku
katakan sekali lagi aku lelah.
Kau tau? Tidak mudah
menerima semua ini, aku bahkan rela mengorbankan diriku hanya untuk
menyeimbangkan dunia ini. Takdir?
Aku tak
mempercayainya.
Sama halnya dengan
yeoja itu, yeoja yang sukses membuat jantung ku berdetak hebat hanya dalam
waktu 3detik.
1 detik, 2 detik, 3
detik.
Dia takdirku, dan aku
harus menjaganya.
Orang yang selalu
memberikan pundak dan lengannya ketika aku benar-benar merasa apa aku mampu
untuk menjaga semuanya?
Aku mencintainya, Hari
ini, Esok, dan seterusnya.
Eunhyuk P.O.V
Kau tau apa julukanku?
Bukan, bukan ikan teri
atau Jewel seperti biasanya, tapi Mr. Simple.
Kau tau apa artinya?
Karena aku Sexy, Free, and Single.
Hanya menjalani apa
adanya, pikiranku terlalu simple dan aku menyukainya.
Si mata sedih dan Si
orang aneh, ehm, maksudku Hyung. Terkadang mengeluh dengan apa yang mereka
terima takdir bahwa mereka harus menyeimbangkan dunia kedua.
Aku pikir tidak,
menyenangkan mempunyai posisi sebagai dewa 'Athena' karena itu aku bisa pergi
kemanapun aku mau, dunia kedua, ataupun dunia dibaliknya.
Mungkin kemampuanku
hanya berada pada peperangan ataupun lainya yang berhubungan dengan kata
'fight'. Tapi tidak, takdirku yang sesungguhnya ialah membuat semuanya terikat,
Hyung yang menyeimbangkan semuanya, Si mata sedih yang Melindunginya dan aku
yang mengikatnya, bersama-sama. Fighting..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar